Saat
Perang Pasifik berlangsung, sekutu membagi indonesia menjadi dua daerah
operasi. Sumatera dimasukkan dalam daerah operasi SEAC dibawah pimpinan Lord
Louise Moutbattan, sedangkan Jawa dan Indonesia bagian timur dimasukkan dalam
daerah operasi SWPC dibawah komando Jendral Mac Arthur. Menyerahnya Jerman pada
Mei 1945 dan dalam Konfrensi Gabungan Kepala Staf Sekutu di Postdam Juli 1945,
maka seluruh daerah operasi digabungkan menjadi satu dengan SEAC. Hal itu
dikarenakan Mac Arthur ingin memfokuskan seluruh kekuatanya untuk menyerang
kepulauan Jepang.
Sekutu
membuat daerah operasi untuk mengamankan Indonesia dari Jepang dengan
dibentuknya AFNEI (Allied Forces
Netherlands East Indies) dibawah komando Letnan Jendral Sir Philips
Christison, yang bertugas untuk membantu Indonesia mengusir Jepang dari
Indonesia. Kemudian tugas tersebut berganti dikarenakan Jepang menyerah kepada
Sekutu sebelum diadakan penyerangan terhadap Jepang, tugas yang kini di emban
oleh AFNEI adalah tugas administratif. Diantara tugas AFNEI sebagai
administratif negara Indonesia adalah:
1) Menerima
penyerahan dari tentara Jepang;
2) Membebaskan
para tawanan perang dan interniran Sekutu;
3) Melucuti
dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan;
4) Menegakkan
dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan
sipil;
5) Menghimpun
keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka didepan pengadilan
sekutu.
Namun
dalam menjalankan tugasnya AFNEI tidak bisa mengatur seluruh wilayah Indonesia,
sehingga AFNEI meminta bantuan kepada Australia yang merupakan commonweal
Inggris untuk mengatur wilayah Indonesia bagian timur. Selain itu dalam
mengatur setiap wilayah di Indonesia bagian barat, AFNEI juga mengalami masalah
sehingga harus membagi wilayah Indonesia menjadi tiga bagian yaitu: Wilayah
Sumatra, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Sebelum setiap divisi dikirim untuk
mengatur setiap kota di wilayah Indonesia seperti yang sudah direncanakan,
Sekutu terlebih dahulu mengirim Mayor Greenhalg untuk mendirikan markas besar
Sekutu di Jakarta pada tanggal 14 September 1945.
Lima belas
hari kemudian rombongan pertama tentara Sekutu tiba di pelabuhan Tanjung Priok,
Jakarta. Setelah itu kemudian menyusul tentara Sekutu yang lain mendarat di
Indonesia, sehingga tak heran jika pada bulan Oktober tentara Sekutu sudah
mendarat di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Semarang,
Surabaya, Medan, Padang, dan Palembang. Setelah mendarat di pelabuhan-pelabuhan
terbesar di Indonesia, kemudian para tentara Sekutu bergerak kedaerah pedalaman
untuk membebaskan para interniran dan menerima penyerahan dari Jepang. Disisi
lain Australia juga sudah mendarat di Indonesia bagian timur. Kedatangan
tentara sekutu ini disambut baik oleh pemerintah Indonesia karena menurut
wawancara di Singapura, kedatangan Sekutu ke Indonesia adalah untuk membebaskan
para tawanan perang dan interniran serta melucuti persenjataan Jepang. Sekutu
tidak akan mencampuri urusan politik dan tidak akan menyingkirkan RI, bahkan
Sekutu akan mengadakan musyawarah dengan pemimpin RI. Hal ini menghebohkan
pihak Belanda, sedangkan pihak Indonesia berpendapat bahwa inilah pengakuan de facto terhadap RI. Akan tetapi,
kepercayaan Indonesia mulai pudar ketika tentara Indonesia mulai mencium
kedatangan NICA yang dibonceng oleh Sekutu. Keadaan pada saat itu mulai memanas
karena NICA secara tidak langsung bermaksud untuk menegakkan kembali
pemerintahan Hindia Belanda, suasana semakin tegang ketika tentara NICA
mempersejatai anggota KNIL yang baru dibebaskan dari tawanan Jepang.
Di
kota-kota yang diduduki Sekutu, para anggota KNIL memancing kerusuhan dengan
mengadakan provokasi-provokasi bersenjata. Bahkan di Jakarta, para anggota KNIL
mencoba membunuh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Menteri Penerangan Amir
Syarifuddin. Dalam aksinya para anggota KNIL menggunakan seragam Sekutu, hal
inilah yang menjadi salah satu faktor Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Hatta pindah ke Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1946 yang sampai akhir tahun
1949 dijadikan sebagai ibukota RI. Kemudian muncul penilaian dari pihak
Indonesia bahwa Sekutu melindungi Belanda, sehingga muncul beberapa
pemborantakan diantaranya:
a)
Pertempuran
Surabaya
25
Oktober 1945, bagian dari Divisi India ke-23 yang mendapat tugas dari panglima
AFNEI untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan interniran Sekutu yang
dipimpin oleh Brigadier A.W.S. Mallaby telah mendarat di Surabaya. Kedatangan
Divisi ini diterima secara berat hati oleh Pemerintah Jawa Timur yang pada
waktu itu dipimpin oleh Gubernur R.M.T.A. Surjo. Akhirnya Sekutu dapat
meyakinkan Pemerintah RI dalam berbagai kesepakatan, salah satunya Inggris
mengatakan bahwa mereka berjanji tidak akan menggangu urusan politik bangsa
Indonesia dan mereka juga menyatakan bahwa diantara mereka tidak terdapat
tentara Belanda.
Pada
akhirnya Indonesia di khianati untuk kesekian kalinya, salah satu bentuk nyata
dari penghianat Inggris adalah pada tanggal 26 Oktober 1945 satu pleton dari Field Security Section melakukan
penyergapan di Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer (seorang Kolonel
Angkatan Laut Belanda) dan kawan-kawannya. Tindakan Inggris tidak berhenti
sampai disitu, buktinya 27 Oktober 1945 mereka menyebarkan pamflet yang berisi
perintah agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur untuk menyerahkan senjata yang
didapat dari Jepang. Pemerintahpun melakukan pertemuan dengan Mallaby untuk
meminta konfirmasi mengenai hal tersebut. Namun Mallaby mengatakan bahwa ia
tidak tau menahu tentang hal tersebut, tetapi menurut Mallaby jika itu
merupakan perintah Inggris maka ia akan tetap menjalankan sesuai dengan apa
yang diperintahkan.
27
Oktober 1945 merupakan kontak senjata pertama antara pemuda dan Inggris,
peristiwa tersebut mulai bertambah kritis hingga Inggris merasa tidak nyaman
akan posisinya. Untuk itu Inggirs meminta kepada Presiden Soekarno agar pihak
Indonesia menghentikan serangan tersebut. Akhirnya pada 30 Oktober 1945
Presiden, Wakil Presiden, berserta Menterinya melakukan perundingan dengan
hasil menghentikan kontak senjata. Dalam perundingan inilah akhirnya eksistensi
RI diakui oleh Inggris. Sementara itu di tempat-tempat lain masih terjadi
kontak senjata tempat terakhir adalah gedung bank Internatio yang berjarak 100
meter dari jembatan merah.
Ditempat
ini pulalah akhirnya Brigadier Mallaby menghembuskan nafas terkhirnya, didalam
buku Sejarah Nasional Indonesia jilid VI mengatakan bahwa Mallaby tewas karena
ditusuk dengan bayonet dan bambu runcing oleh pemuda. Tetapi menurut kesimpulan
dari bung Tomo dalam sebuah buku yang berjudul pertempuan Surabaya bahwa pada
saat itu Mallaby tanpa sengaja terbunuh oleh pasukannya sendiri, sebagaimana
dituturkan oleh Kapten RC. Smith di depan Mahkamah Militer Inggris.
Sesudah
itu Inggris mulai mendatangkan pasukannya ke Indonesia, selain itu tanggal 9
November 1945 Inggris mengirimkan ultimatum yang intinya menghina dan
merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Untuk menentukan sikap para pemimpin
di surabaya mengadakan pertemuan, selain itu mereka juga berusaha menghubungi
Soekarno untuk meminta pertimbangan atas ultimatum tersebut tetapi mereka hanya
dapat menghubungi Menteri Luar Negeri Mr. Ahmad Subardjo yang menyerahkan “kata
putus” pada rakyat Surabaya. Secara resmi melalui siaran radio menyatakan
menolak ultimatum Inggris.
Sementara
itu pemuda sudah siap siaga membuat pertahanan didalam kota. Meskipun mereka
dipersilahkan untuk meniggalkan kota, tetapi para pemuda memilih tetap bertahan
untuk mempertahankan kota Surabaya. Kota Surabaya pun dibagi menjadi tiga
sektor pertahanan diantaranya sektor barat, sektor tengah, dan sektor timur.
Sementara itu, saat Bung Tomo melakukan siaran hal itulah yang membakar
semangat juang para rakyat.
Keadaan
semakin ekplosif, saat Inggris berhasil menguasai garis pertahanan pertama
pihak Indonesia. Apalagi setelah disertai dengan pengeboman, meskipun Inggris
secara terus menerus melancarkan aksinya tetapi para pemuda tetap gigih
mempertahankan kota Surabaya hingga pada 28 November 1945 yang merupakan
pertempuran terakhir yaitu di Gunungsari.
b)
Pertempuran
Ambarawa
Pertempuran
yang berlangsung 20 November sampai 15 Desmber 1945 diawali dari insiden di
Magelang saat Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 mendarat disemarang yang
dipimpin oleh Brigadier Bethell. Divisi ini mempunyai tujuan yang sama seperti halnya
di Surabaya, hingga insiden itupun pecah pada tanggal 26 Oktober 1945 di
Magelang. Insiden ini berhenti setelah Presiden dan Sekutu mengadakan
perundingan untuk melakukan genjatan senjata pada tanggal 2 November 1945. 20
November 1945 di Ambarawa terjadi
pertempuran antara TKR dan Inggris, karena banykanya serangan yang dilakukan
Ingggris maka 21 November 1945 pasuka TKR melakukan serangan fajar dengan
tujuan memukul mundur pasukan Inggris yang menduduki desa Pingit. Akhirnya
Inggris telah terkapung oleh pasukan Indonesia, meskipun demikian Inggris tetap
menyusun cara bagaimana untuk bisa mematahkan kedudukan TKR.
Pertempuran
antara TKR dan pasukan Inggris terus berlangsung hingga tanggal12 Desember 1945
dini hari, pasukan TKR bergerak menuju sasaran. Dalam waktu singkat mereka
berhasil mengepung kedudukan musuh yang diperkirakan berpusat di benteng
Willem, yang terletak di tengah kota Ambarawa. Pasukan Inggrispun merasa
terjepit, maka mereka berusaha keras untuk memutuskan pertempuran. Akhirnya 15
Desember 1945 Inggris meninggalkan kota Ambarawa dan mundur ke Semarang.
Pertempuran ini memiliki arti penting, dan hal itupun juga diakui oleh pihak
Inggris bahwa pasukan Indonesia sulit untuk ditaklakukkan meski Inggris mengerahkan
seluruh kakuatannya.
c)
Pertempuran
Medan Area
Sekutu
dibawah pimpinan T.E.D. Kelly mendarat di Sumatra Utara 9 Oktober 1945. Yang
mengejutkan adalah ikut sertanya NICA dalam rombongan sekutu yang dipersiapkan
untuk mengambil alih pemerintahan. Pemerintah RI Sumatra Utara mengizinkan
mereka untuk menempati beberapa hotel di kota medan, hal itu karena semata-mata
untuk menghormati tugas mereka. Sehari setelah mendarat tim dari RAPWI
mendatangi kamp-kamp tawanan di beberapa daerah untuk membantu membebaskan para
tawanan dan dikirim ke Medan atas persetujuan Gubernur M. Hassan. Ternyata hal
yang mengherankan adalah kelompok mereka langsung dibentuk menjadi medan
Batalyon KNIL. Sikap ini menimbulkan berbagai insiden yang dilakukan secara
Spontan oleh pemuda, tepatnya 13 Oktober 1945 merupakan awal insiden, hal ini
dipicu oleh seorang penghuni hotel yang menginjak-injak lencana Merah Putih
yang dipakai oleh seseorang yang ditemuinya.
Dari insiden itulah kemudian
menjalar dibeberapa kota lainnya, sebagaimana dikota-kota lain di Indonesia.
Inggris memulai aksinya untuk melemahkan kekuatan RI yaitu dengan berbagai
ultimatum yang dikirim untuk Indonesia, hal itu pulalah yang membuat NICA merasa
besar kepala karena mendapat dukungan dari pihak Inggris. Demikian pula aksi
teror yang dilakukan oleh Amerika Serikat sehingga semakin timbul rasa
permusuhan dikalangan pemuda, karena mereka tidak pernah merasa aman dan
keselamatan Inggris juga tidak di jamin oleh pemerintah RI. Selain itu
meningkatnya korban dari pihak Inggris membuat mereka memperkuat kedudukanya
dan secara sepihak membentuk batas kekuasaanya.
1 Desember 1945 beberapa papan
dipasang dengan bertuliskan Fixed Boundaris Medan Area diberbagai kota oleh
pihak serikat membuat kota medan terkenal dengan Medan Area.tindakan ini adalah
tantangan bagi para pemuda, pihak Inggris dan NICA melakukan aksi pembersihan
terhadap unsur Republik. Aksi tersebut mendapat balasan dari para pemuda, sehingga
banyak daerah yang menjadi tidak aman. Inggrispun juga mulai mengancam pihak
pemuda sehingga perlawanan juga terus memuncak, akhirnya dengan berbagai cara
Inggris berhasil menguasai kota Medan, sehingga mustahil dapat melakukan
serangan terhadap Inggris jika tidak ada satu komando.
10 Agustus 1946, ditebing tinggi
diadakan suatu pertemuan antara komandan pasukan yang berjuang di Medan Area,
hasil dari pertemuan ini adalah dibentuknya Komando Resimen Laskar Rakyat Medan
Area, yang dibagi menjadi empat sektor dan setiap sektor masih dibagi lagi
menjadi sub sektor dengan bekal inilah mereka meneruskan perjuangan di Medan
Area.
d)
Pertempuran
Padang dan Sekitarnya
Di
Pelabuhan Teluk Bayur pasukan Inggris mendarat dibawah pimpinan Brigadier
Hutchinson, dua hari kemudian 13 Oktober 1945 ia mengadakan pertemuan dengan
Pemerintah RI Sumatra Barat. Tujuannya sama seperti Sekutu yang datang didaerah
lain, mereka juga ingin meminjam kantor residen yang akan digunakan sebagai
kantornya. Indonesia yang masih mencari pengakuan dari negara lain menafsirkan
bahwa permintaan tersebut adalah pengakuan de facto dari Inggris untuk
Indonesia. Lagi-lagi Inggris tidak dapat memegang perjanjian tersebut, buktinya
banyak rumah rakyat yang di obrak-abrik hanya untuk mencari senjata. Pasukan
Belandapun mendapat perlindungan dari Inggris hingga Belanda berani melakukan
langkah-langkah, salah satunya adalah memukuli seorang kepala sekolah, hal ini
adalah pemicu serangan yang dilakukan tanggal 17 November 1945. Insiden
bertambah luas yang terjadi pada 5 Desember 1945, apalagi hal tersebut dengan
terbunuhnya beberapa anggota Inggris, sehingga Inggris melakukan serentetan
balasan pada TKR yang juga menyebabkan beberapa anggotanya tewas.
Pertempuran
yang besar terjadi pada tanggal 21 Februari 1946, akhirnya mereka dapat
menghancurkan pos pertahanan Inggris dan membongkar gudang senjata. Tapi
setelah itu, Inggris membalasnya pada tanggal 14 Juni 1946 dengan menyerang
Batu Busuak, TRI pun juga melancarkan serangan terhadap kedudukan Inggris 7-9
Juli 1946 dan akhirnya Inggrispun meninggalkan Simpang Haru yang merupakan
tempat penyerangan selama tiga hari tersebut.Serangan
masih tetap berlanjut dan mereka masih tetap bertahan meskipun tujuan utama
mereka telah terlaksan, hal itu karena Inggris menunggu kesiapan Belanda untuk
mengambil alih kedudukan mereka. 28 November 1946 merupakan serah terima
pasukan Inggris dengan Belanda dan esok harinya Inggrispun meningglakan Padang.
e)
Pertempuran
Bandung Lautan Api
12
Oktober 1945 dibawah pimpinan Brigade Mac Donald pasukan Inggris tiba
diBandung. Sejak awal hubungan antara mereka dengan Pemerintah RI sudah
bersitegang, orang-orang Belandapun yang baru di bebaskan sudah memperlihatkan
sikap yang tidak baik. Akibatnya, bentrokan bersenjatapun tidak dapat dipungkiri
lagi. 24 November 1945 TKR dan badan perjuangan lainnya melancarkan serangan
terhadap kedudukan Inggris, tiga hari kemudian Mac Donald menyampaikan
ultimatum agar para penduduk mengosongkan Bandung Utara. Jawaban dari ultimatum
tersebut adalah berdirinya pos-pos gerilya diberbagai tempat, sehingga selama
bulan Desemberpun terjadi beberapa pertempuran. Inggrispun masih tetap berusaha
merebut apa yang dimiliki bangsa Indonesia, pertempuranpun juga terjadi ketika
Inggris ingin membebaskan interniran Belanda dari kamp-kamp interniran.
Selama berlangsungnya pertempuran,
banyak serdadu India yang menjadi bagian Inggris, melakukan desersi dan
bergabung dengan pasukan Indonesia. Pihak Inggris akhirnya meminta kepada
panglima devisi tiga agar pasuka India tersebut diserahkan kepada mereka.
Kegagalan bangsa Indonesia dalam melakukan serangan maupun penyelesaian
menyebabkan Inggris bermain ditingkat atas. 23 Maret 1946 mereka memberikan
ultimatum kepada Perdana Menteri Sutan Sjahrir agar bangsa Indonesia
meningglkan Bandung, tetapi hal itu ditolak secara tegas karena hal tersebut
dirasa tidak mungkin. 23 Maret 1946 dengan alasan untuk menyelamatkan TRI dari
kehancuran, Sjahrir mendesak Nasution agar ultimatum tersebut dipenuhi, karena
dirasa TRI belum mampu menghadapi pasukan Inggris. Akhirnya sekali lagi
Nasution menghubungi Inggris agar batas waktu tersebut diperpanjang tetapi
hasilnya Inggris tetap menolak dan sebaliknya Nasutionpun juga menolak tawaran
Inggris untuk meminjamkan truk untuk mengangkut pasukan Indonesia.
Dalam pertemuan antara Nasution dan
para komandan TRI, para pemimpin lasykar dan aparat pemerintahan mencapai
kesepakatan yaitu akan membumi hanguskan Bandung sebelum tempat itu
ditinggalkan. Akhirnya tempat pertama yang dibumi hsnguskan adalah Bank Rakyat,
dan dilanjutkan ditempat penting lainya. Selain itu anggota TRI juga membakar
asrama mereka sendiri, akhirnya 24 Maret 1946 semua orang meninggalkan Bandung
yang saat itu sudah menjadi lautan api.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar