Kamis, 24 Mei 2012

Keadaan Bangsa Burma, Kedatangan Inggris dan Terjadinya Konflik


Agama Budha bisa masuk ke Myanmar di karenakan oleh hubungan perdagangan yang terjadi antara Myanmar dan India yang jaraknya juga tidak berjauhan, dari perdagangan-perdagangan itulah kemudian menjadikan Myanmar penganut agama Budha dan menjadikan masyarakat Myanmar memegang dengan erat agama yang diturunkan secara turun temurun tersebut. Setelah mengenal agama dan beberapa kebudayaan India, maka bermunculan kerajaan-kerajaan kecil yang mulai didirikan oleh masyarakat Myanmar. Semenjak mengenal kebudayaan dan agama India yang perlahan mulai dianut oleh masyarakat Myanmar, maka Myanmar mulai memasuki zaman sejarah yaitu dengan di berikannya ilmu tulis kepada masyarakat Myanmar oleh India. Kerajaan yang pertama di wilayah Myanmar adalah kereajaan Pagan yang didirikan oleh Anawratha, kerajaan ini berdiri cukup lama yaitu sekitar 2,5 abad dan kemudian hancur karena serangan dari Tiongkok dengan raja Kubhilai Khan. Akibat hancurnya kerajaan Myanmar, muncullah beberapa kerajaan kecil yang menghiasi wilayah Myanmar. Myanmar kembali dapat dipersatukan oleh kerajaan Toungoo dibawah kepemimpinan Tabin Shwehti, kerajaan ini juga sempat melebarkan wilayah kekuasaan sampai ke Siam (kerajaan di Thailand). Kerajaan Toungoo adalah salah satu dinasti kerajaan Burma pada saat itu, dinasti lain yang berdiri pada kerajaan Burma adalah kerajaan Konbaung.

  Kerajaan Toungoo mundur karena tidak bisa menjaga eksistensinya di Wilayah Myanmar, maka muncullah kerajaan baru di wilayah Myanmar yaitu kerajaan Ava (1752), dengan bantuan dari Inggris kerajaan ini mampu mempersatukan Myanmar (Burma) kembali. Awal perkenalan Inggris dengan kerajaan Ava adalah dari perdagangan yang baik diantara keduanya, karena kerajaan ini merasa membutuhkan bantuan dari luar maka terpilihlah Inggris. Dari pihak Inggris pun memiliki alasan tersendiri untuk membantu kerajaan Ava mempersatukan Myanmar (Burma), diantaranya adalah menghalangi Prancis yang mencoba meluaskan wilayah kekuasaannya ke Barat dan Inggris ingin mendapatkan sumber daya alam yang ada diwilayah Burma. Pengganti Alaungpaya memiliki kekuatan yang baik sehingga mereka memiliki jiwa untuk memperluas kekuasaan, hingga akhirnya Siam kembali bisa di kuasai oleh Myanmar. Merasa tidak puas dengan wilayah kekuasaan yang ada maka kerajaan Ava kembali melakukan perluasan wilayah ke India, wilayah India pada saat itu masih dibawah kekuasaan Inggris sehingga muncullah peperangan antara Inggris dan Myanmar (kerajaan Ava).

Perang Inggris-Ava (Myanmar) pun terjadi pada tahun 1824, peperangan ini disebut juga perang Anglo-Burmese I yang terjadi pada 1824-1826. Dalam perang ini Burma harus merelakan Assam dan Manipur kembali menjadi wilayah jajahan Inggris, Inggris terkenal dengan militer dan persenjataan yang baik, hingga tak heran jika kerajaan Burma kalah. Untuk mengurangi korban peperangan yang semakin banyak, maka kerajaan Ava mengadakan perundingan dengan pihak Inggris yang disebut dengan perjanjian Yandabu (Treaty of Yandabo) pada 1826. Perang Anglo-Burmese kembali terjadi untuk kedua kalinya ketika raja Kagan Min menghentikan hubungan perdagangan dengan Inggris, raja Kagan Min pun jatuh dan digantikan oleh Mindon Min yang kemudian Mindon Min menyerah kepada Inggris, dan akhirnya Inggris berhasil menguasai wilayah strategis Burma yaitu wilayah di daerah lembah sungai Irawady yang disebut Lower Burma. Lower Burma adalah adalah suatu wilayah yang dianeksasi Inggris, daerah ini meliputi wilayah Burma bagian Selatan yang berpusat pada Rangoon. Karena daerah strategis sudah menjadi wilayah kekuasaan Inggris, maka ibukota Burma dipindah ke Mondalay pada tahun 1857. Peperangan Anglo-Burmese kembali terjadi untuk yang ketiga kalinya pada tahun 1885, namun kali ini kerajaan Burma memanfaatkan Perancis yang merupakan musuh bebuyutan Inggris. Tujuan kerajaan Burma mengadakan hubungan rahasia dengan Perancis adalah untuk mendapatkan kemerdekaan setelah wilayah Burma perlahan dikuasai oleh Inggris, hubungan yang dilakukan oleh kerajaan Burma ini menimbulkan kemaraha pada pihak Inggris hingga Inggris menyerang seluruh wilayah Burma terutama ibukota Mondalay. Setelah berhasil menaklukkan wilayah Burma, Inggris menahan raja Burma (Raja Thibaw) yang menjadi motor penggerak hubungan rahasia Burma dengan Perancis. Akhirnya Raja Thibaw diasingkan ke India oleh pemerintah Inggris pada tahun 1886, sejak saat itulah Myanmar resmi menjadi wilayah jajahan Inggris. Pada awal tahun 1886, tepatnya tanggal 1 Januari 1886 Inggris menganeksasi wilayah yang disebut Upper Burma.

           Setelah Burma mejadi wilayah jajahan Inggris, Burma dijadikan provinsi India oleh Inggris pada tahun 1886. Latar belakang dijadikan Burma menjadi Provinsi India karena Burma memiliki kesamaan budaya dan agama, sehingga semua peraturan yang ditetapkan oleh Inggris terhadap India juga berlaku pada Burma. Inggris yang terkenal dengan Revolusi Industrinya pada 1760, maka wilayah jajahan yang secara tidak langsung terkena imbasnya. Misalnya di Burma terjadi perubahan yang signifikan dalam hal pertanian, yakni dari pertanian yang hanya bertujuan untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjaid pertanian yang juga bertujuan untuk dipasarkan. Terjadinya perubahan ini bukan tidak mendapat respon dari masyarakat, timbul beberapa konflik (non-fisik) antara masyarakat dan pihak Inggris. Meskipun demikian masyarakat tetap dapat menikmati hasil dari perubahan tersebut, karena Inggris bukanlah negara seperti Belanda yang menjajah dengan mengambil semua hasil alam pada daerah jajahan.
Selain itu Inggris juga mengirimkan imigran India ke Burma, hal ini dilakukan oleh Inggris untuk mengurangi kepadatan yang berada di India. Para Imigran India mulai beradaptasi dengan lingkungan Burma, hingga tak heran jika pada tahun 1930-an perekonomian Rangoon dikuasai oleh orang India. Burma dipisahkan oleh Inggris sebagai provinsi India pada 1937, pemisahan ini dilakukan karena terdapat permasalah ekonomi yang kemudian berlanjut pada masalah rasial (Shelby Tucker). Produksi pertanian Burma memburuk pada tahun 1930-an yang disebabkab oleh dikuasainya tanah pertanian Burma oleh rentenir India, akibatnya muncul gerakan anti-India. Agar gerakan anti-India ini tidak semakin meluas maka pemerintah Inggris atas saran dari Lord Simon untuk memisahkan Burma dengan India, akhirnya Inggris memisahkan Burma dari Provinsi India pada 1 April 1937. Akibat pemisaha itu, maka pemerintah Inggris mendirikan pemerintahan sendiri di Burma yang terdiri dari dua bagian yaitu Senat (upper house) yang terdiri dari 36 Anggota dan House of Representative (lower house) yang terdiri dari 132 kursi.
Perubahan yang signifikan juga terjadi pada bidang administrasi, pada awalnya segala bentuk pemerintahan Burma berada ditangan biksu (pongyis). Semua berubah ketika Inggris datang tanpa disengaja, hal inilah yang kemudian memunculkan kecemasan dari pihak pendeta karena mereka berfikir bahwa Burma akan menjadi negara sekuler (bersifat keduniaan), hingga para biksu ini mempelipori gerakan nasionalisme (gerakan kemerdekaan).
Inggris juga mendirikan Universitas Rangoon untuk mendapatkan masyarakat Burma yang berkualitas, sehingga dapat ditempatkan dalam tenaga kerja dan pegawai kantor. Pemerintah Inggris juga membangun jalur kereta api, sistem pos yang modern, dan beberapa alat komunikasi, yang mana kesemuanya itu membutuhka orang yang berkaulutas untuk mengoperasikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar