Di sisi
lain, ketika sedang menunggu kemerdekaan Burma yang akan diberikan oleh Jepang
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara Jepang dan Aung san, BIA
membuat keributan dengan etnis Keren di Distrik Myaungmya. BIA merampas harta,
menculik tokoh-tokoh etnis Keren, bahkan membunuhnya. Alasan BIA melakukan hal
ini adalah karena etnis Keren dianggap pro-Inggris sehingga membahayakan pemerintahan, selain itu BIA
menganggap bahwa etnis Keren yang menganut agama Kristen akan mengganggu agama
yang sudah turun temurun ada di Burma, yaitu agama Budha. Tindakan yang
dilakukan oleh BIA banyak menimbulkan permusuhan dengan etnis Keren, hingga
peperangan antara BIA dengan etnis Keren berlangsung sampai Juni 1942. Akibat
insiden tersebut, Jepang mengambil tindakan tegas dengan membubarkan BIA pada
tanggal 24 Juli 1942 dan membentuk BDA (Burma
Defense Army) pada tanggal 26 Agustus 1942 dengan ketua Aung San. Akibat
insiden itu juga Baho Goverment
dianggap gagal memerintah Burma, maka pada tanggal 1 Agustus 1942 dan kembali
membetuk pemerintahan dengan nama BEA (Burma
Executive Administration) dengan Dr. Ba Maw sebagai pemimpinnya. Antara Baho Goverment dengan BEA memiliki tugas
yang sama, hanya saja BEA memiliki tugas tambahan yakni membiayai pertemuan
antara Burma dengan Jepang.
Pertemuan
antara Jepang dan Burma terjadi di Tokyo (Jepang) pada tanggal 11 Maret 1943 dengan wakil dari Burma
yaitu Dr. Ba Maw, Aung San, Dr. Thein Maung, dan Thakin Mya, membicarakan
mengenai kemerdekaan yang akan diberikan kepada Burma pada tahun 1943. Selain
itu Jepang menginginkan dibentuknya komite kemerdekaan, kemudian pada tanggal 8
Mei 1943 dibentuklah Burma Independence
Prepotatory Committe (Panitia Persiapan Kemerdekaan Burma) oleh Jepang.
Meskipun telah dibentuk komite persiapan kemerdekaan Burma, intervensi Jepang
masih sangat kuat dalam komite ini. Bahkan yang membuat draft perjanjian antara
Jepang dan Burma adalah wakil dari Jepang, perjanjian tersebut berisi tentang
akan dibantunya Jepang pada Perang Dunia II. Pada bula Juli Dr. Ba Maw bertolak
ke Singapura untuk bertemu dengan Perdana Menteri Tojo untuk membicarakan
kemerdekaan yang akan diberikan Jepang, akhirnya pada 1 Agustus 1943 Burma
mendapatkan kemerdekaannya dari Jepang. Pada saat mendeklarasikan
kemerdekaannya, pada saat itu pula Dr. Ba Maw diangkat menjadi Perdana Menteri
Burma dengan gelar Nainggandaw adipati,
alasan Jepang memberikan kemerdekaan ini adalah untuk mengambil simpati
masyarakat Burma untuk membantu Jepang dalam Perang Dunia II.
Tidak semua
Thankin menduduki jabatan dalam pemerintahan, Thankin Thein Pe dan Thankin Soe
yang beraliran komunis tidak masuk dalam pemerintahan, karena menurut mereka
komunis tidak akan mengadakan kerjasama dengan kaum fasis. Hingga muncul perang
gerilya antara kaum komunis dengan pemerintahan yang dilantik oleh Jepang,
setelah kemerdekaan BDA Burma Defense
Army berganti nama menjadi BNA (Burma
National Army). Penggantian nama ini dimaksudkan untuk keamanan negara
Burma dan untuk mempertegas bahwa tentara Burma akan membantu Jepang dalam
Perang Dunia II, meskipun demikian Burma tidak lantas berdiri sendiri.
Sehingga
muncul asumsi pada masyarakat bahwa Jepang hanya ingin memanfaatkan hasil alam
Burma dan memanfaatkan pasukan militer Burma untuk Perang melawan sekutu,
hingga muncullah pemberontakan diantara para masyarakat utamanya para Thakin
yang awalnya mendukung Jepang. Aung San sebagai ketua BNA sekaligus Thakin dan
Ne Win seorang komandan BNA dan beberapa tokoh lainnya merencanakan
pemberontakan terhadap Jepang pada April 1944, Aung San yang telah banyak
mendapatkan pendidikan dari Jepang mengenai militer dan strategi peperangan
meminta bantuan secara diam-diam kepada seluruh rakyat Burma pada saat itu.
Thankin yang awalnya terpecah belah karena perbedaan aliran, diminta oleh Aung
San untuk bersatu kembali dan bersama-sama menyerang Jepang. Etnir Keren-pun
tak luput dari ajakan Aung San, bahkan Aung San akan memberikan kesamaan hak
dalam pemerintahan jika Jepang sudah bisa dikalahkan. Maka Aung San kemudian
membentuk sebuah organisasi yang bernama Anti
Fascis Organization (AFO) pada April 1944, organisasi ini membuat bendera
dengan warna merah dan bintang ditengah bendera tersebut. Aung San merasa bahwa
pasukannya masih kurang untuk mengusir Jepang dari Burma, maka Aung San
mengajak semua lapisan masyarakat untuk ikut berjuang mendapatkan kemerdekaan
Burma, selain itu Aung Sun juga mengirimkan utusan untuk pergi ke Simla (India)
untuk meminta bantuan kepada Inggris selaku musuh dari Jepang.
Pemerintahan
yang sedang berjalan pada saat itu bukannya tidak merespon apa yang terjadi
dimasyarakat, Perdana Menteri Dr. Ba Maw merasa kecewa kepada Aung San yang
tidak mendiskusikan penyerangan terhadap Jepang kepadanya. Aung San memiliki
alasan mengapa dia tidak mendiskusikan terlebih dahulu hal ini kepada Perdana
Menteri, karena dia merasa Dr. Ba Maw adalah orang yang pro terhapad Jepang.
Meskipun sebenarnya tidak demikian, karena Dr. Ba Maw telah megnadakan
perjanjian dengan Jepang untuk tidak lagi mengganggu pemertinahan Burma. Selain
itu, Dr. Ba Maw merasa bahwa tindakan yang dilakukan oleh Aung San bukanlah
tindakan orang yang mengerti tentang peperangan sehingga Dr. Ba Maw membentuk
sebuah oraganisasi untuk mengambil hati rakyat, namun hal itu tidak berhasil
karena kemarahan rakyat terhadap Jepang sudah memuncak. Tepat setahun setelah
kemerdekaan yang di berikan oleh Jepang, Aung San berpidato mengenai perlunya
penumpasan fasis dan perlunya kemerdekaan dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1944 Aung San kembali melakukan pertemuan yang
dengan perwakilan seluruh lapisan masyarakat untuk kembali membicarakan tentang
penyerangan kepada Jepang, dalam pertemuan tersebut AFO berganti nama menjadi
AFPFL (Anti-Fascist People Freedom League).
Penggantian nama ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya melawan fasis
melainkan juga bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Burma yang
sebenarnya. Inggris mengirimkan utusannya yang bernama Lord Mountbatten untuk
memberikan bantuan kepada AFPFL, dalam penyerangan terhadap tentara Jepang
Inggris mengirimkan beberapa pasukan untuk meilahat situasi dan kondisi yang ada. Lalu
penyerangan dimulai dari daerah pinggiran Burma lalu mencapai puncak peperangan
di Rangoon. Penyerangan tersebut berlangsung selama 18 hari yaitu pada 11-29
April 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar