Kamis, 24 Mei 2012

Kemerdekaan Semu dan Perang Kemerdekaan


Di sisi lain, ketika sedang menunggu kemerdekaan Burma yang akan diberikan oleh Jepang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara Jepang dan Aung san, BIA membuat keributan dengan etnis Keren di Distrik Myaungmya. BIA merampas harta, menculik tokoh-tokoh etnis Keren, bahkan membunuhnya. Alasan BIA melakukan hal ini adalah karena etnis Keren dianggap pro-Inggris sehingga  membahayakan pemerintahan, selain itu BIA menganggap bahwa etnis Keren yang menganut agama Kristen akan mengganggu agama yang sudah turun temurun ada di Burma, yaitu agama Budha. Tindakan yang dilakukan oleh BIA banyak menimbulkan permusuhan dengan etnis Keren, hingga peperangan antara BIA dengan etnis Keren berlangsung sampai Juni 1942. Akibat insiden tersebut, Jepang mengambil tindakan tegas dengan membubarkan BIA pada tanggal 24 Juli 1942 dan membentuk BDA (Burma Defense Army) pada tanggal 26 Agustus 1942 dengan ketua Aung San. Akibat insiden itu juga Baho Goverment dianggap gagal memerintah Burma, maka pada tanggal 1 Agustus 1942 dan kembali membetuk pemerintahan dengan nama BEA (Burma Executive Administration) dengan Dr. Ba Maw sebagai pemimpinnya. Antara Baho Goverment dengan BEA memiliki tugas yang sama, hanya saja BEA memiliki tugas tambahan yakni membiayai pertemuan antara Burma dengan Jepang.

Pertemuan antara Jepang dan Burma terjadi di Tokyo (Jepang) pada  tanggal 11 Maret 1943 dengan wakil dari Burma yaitu Dr. Ba Maw, Aung San, Dr. Thein Maung, dan Thakin Mya, membicarakan mengenai kemerdekaan yang akan diberikan kepada Burma pada tahun 1943. Selain itu Jepang menginginkan dibentuknya komite kemerdekaan, kemudian pada tanggal 8 Mei 1943 dibentuklah Burma Independence Prepotatory Committe (Panitia Persiapan Kemerdekaan Burma) oleh Jepang. Meskipun telah dibentuk komite persiapan kemerdekaan Burma, intervensi Jepang masih sangat kuat dalam komite ini. Bahkan yang membuat draft perjanjian antara Jepang dan Burma adalah wakil dari Jepang, perjanjian tersebut berisi tentang akan dibantunya Jepang pada Perang Dunia II. Pada bula Juli Dr. Ba Maw bertolak ke Singapura untuk bertemu dengan Perdana Menteri Tojo untuk membicarakan kemerdekaan yang akan diberikan Jepang, akhirnya pada 1 Agustus 1943 Burma mendapatkan kemerdekaannya dari Jepang. Pada saat mendeklarasikan kemerdekaannya, pada saat itu pula Dr. Ba Maw diangkat menjadi Perdana Menteri Burma dengan gelar Nainggandaw adipati, alasan Jepang memberikan kemerdekaan ini adalah untuk mengambil simpati masyarakat Burma untuk membantu Jepang dalam Perang Dunia II.

Tidak semua Thankin menduduki jabatan dalam pemerintahan, Thankin Thein Pe dan Thankin Soe yang beraliran komunis tidak masuk dalam pemerintahan, karena menurut mereka komunis tidak akan mengadakan kerjasama dengan kaum fasis. Hingga muncul perang gerilya antara kaum komunis dengan pemerintahan yang dilantik oleh Jepang, setelah kemerdekaan BDA Burma Defense Army berganti nama menjadi BNA (Burma National Army). Penggantian nama ini dimaksudkan untuk keamanan negara Burma dan untuk mempertegas bahwa tentara Burma akan membantu Jepang dalam Perang Dunia II, meskipun demikian Burma tidak lantas berdiri sendiri.

             Setelah kemerdekaan Burma masih dalam kekuasaan Jepang, bahkan setelah BDA berganti menjadi BNA Jepang semakin erat memegang kekuasaan militer, karena pada saat itu militer adalah satu-satunya kekuatan terbesar yang dimiliki oleh Burma. Bahkan setelah kemerdekaan Burma bukan menjadi lebih baik, namun semakin memburuk. Hal ini dikarenakan alat transportasi yang dikuasai oleh Jepang, dan dilarang ekspor dan impor karena menurut Jepang Burma harus bisa mandiri. Selain itu, Jepang juga telah merusak kepercayaan para biksu dengan menggunakan tempat beribadah untuk mejemur pakaian dan tempat pembantaian.

Sehingga muncul asumsi pada masyarakat bahwa Jepang hanya ingin memanfaatkan hasil alam Burma dan memanfaatkan pasukan militer Burma untuk Perang melawan sekutu, hingga muncullah pemberontakan diantara para masyarakat utamanya para Thakin yang awalnya mendukung Jepang. Aung San sebagai ketua BNA sekaligus Thakin dan Ne Win seorang komandan BNA dan beberapa tokoh lainnya merencanakan pemberontakan terhadap Jepang pada April 1944, Aung San yang telah banyak mendapatkan pendidikan dari Jepang mengenai militer dan strategi peperangan meminta bantuan secara diam-diam kepada seluruh rakyat Burma pada saat itu. Thankin yang awalnya terpecah belah karena perbedaan aliran, diminta oleh Aung San untuk bersatu kembali dan bersama-sama menyerang Jepang. Etnir Keren-pun tak luput dari ajakan Aung San, bahkan Aung San akan memberikan kesamaan hak dalam pemerintahan jika Jepang sudah bisa dikalahkan. Maka Aung San kemudian membentuk sebuah organisasi yang bernama Anti Fascis Organization (AFO) pada April 1944, organisasi ini membuat bendera dengan warna merah dan bintang ditengah bendera tersebut. Aung San merasa bahwa pasukannya masih kurang untuk mengusir Jepang dari Burma, maka Aung San mengajak semua lapisan masyarakat untuk ikut berjuang mendapatkan kemerdekaan Burma, selain itu Aung Sun juga mengirimkan utusan untuk pergi ke Simla (India) untuk meminta bantuan kepada Inggris selaku musuh dari Jepang.

Pemerintahan yang sedang berjalan pada saat itu bukannya tidak merespon apa yang terjadi dimasyarakat, Perdana Menteri Dr. Ba Maw merasa kecewa kepada Aung San yang tidak mendiskusikan penyerangan terhadap Jepang kepadanya. Aung San memiliki alasan mengapa dia tidak mendiskusikan terlebih dahulu hal ini kepada Perdana Menteri, karena dia merasa Dr. Ba Maw adalah orang yang pro terhapad Jepang. Meskipun sebenarnya tidak demikian, karena Dr. Ba Maw telah megnadakan perjanjian dengan Jepang untuk tidak lagi mengganggu pemertinahan Burma. Selain itu, Dr. Ba Maw merasa bahwa tindakan yang dilakukan oleh Aung San bukanlah tindakan orang yang mengerti tentang peperangan sehingga Dr. Ba Maw membentuk sebuah oraganisasi untuk mengambil hati rakyat, namun hal itu tidak berhasil karena kemarahan rakyat terhadap Jepang sudah memuncak. Tepat setahun setelah kemerdekaan yang di berikan oleh Jepang, Aung San berpidato mengenai perlunya penumpasan fasis dan perlunya kemerdekaan dan menuju kehidupan yang lebih baik. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1944 Aung San kembali melakukan pertemuan yang dengan perwakilan seluruh lapisan masyarakat untuk kembali membicarakan tentang penyerangan kepada Jepang, dalam pertemuan tersebut AFO berganti nama menjadi AFPFL (Anti-Fascist People Freedom League). Penggantian nama ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya melawan fasis melainkan juga bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Burma yang sebenarnya. Inggris mengirimkan utusannya yang bernama Lord Mountbatten untuk memberikan bantuan kepada AFPFL, dalam penyerangan terhadap tentara Jepang Inggris mengirimkan beberapa pasukan untuk meilahat  situasi dan kondisi yang ada. Lalu penyerangan dimulai dari daerah pinggiran Burma lalu mencapai puncak peperangan di Rangoon. Penyerangan tersebut berlangsung selama 18 hari yaitu pada 11-29 April 1945.

Keadaan negara Jepang semakin terhimpit akibat terjadinya Perang Dunia II dan akibat diajtuhkannya bon atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, hingga akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu melalui perjanjian yang dilakukan diatas kapar perang milik Amerika Serikat. Setelah Jepang mundur dari kawasan yang dijajah di wilayah Asia Tenggara, Burma mengalami masa dekolonisasi Inggris. Banyak perundingan yang terjadi antara Burma dan Inggris selama masa dekolonisasi, hingga akhirnya Burma mendapatkan kemerdekaannya pada 4 Januari 1948 dengan nama Union Of Burma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar